HukumPekurban Tidak Melihat Langsung Penyembelihan Kurban. Pada dasarnya, menyaksikan penyembelihan hewan kurban bagi yang melaksanakannya adalah sunnah bukan merupakan kewajiban. Hal ini juga sebagaimana pendapat para ulama (Lihat Al-Fiqh al-Islami wa Adillatuha, Wahbah Zuhaili: 3/625). Syaikh DR.
Berikut ini adalah teks, terjemahan dan kutipan sejumlah tafsir ulama atas surat Al-'Adiyat ayat 7-8 وَاِنَّهٗ عَلٰى ذٰلِكَ لَشَهِيْدٌۚ ٧ وَاِنَّهٗ لِحُبِّ الْخَيْرِ لَشَدِيْدٌ ۗ ٨ 7 Wa innahū alā żālika lasyahīd 8 Wa innahū liḥubbil-khairi lasyadīd. Artinya, "7 Sesungguhnya dia benar-benar menjadi saksi atas hal itu keingkarannya. 8 Sesungguhnya cintanya pada harta benar-benar berlebihan." Terkait penjelasan ayat 7 Imam Al-Qurthubi wafat 671 H menyebutkan dua perbedaan penafsiran ulama mengenai marji' dhamir "hu" pada kalimat "Wa innahū". Singkatnya, apakah dhamirnya kembali kepada Allah ataukah insan. Berikut selengkapnya Pertama, pendapat mayoritas ahli tafsir diriwayatkan oleh Mansur dari Mujahid, "Wa innahū" yakni sesungguhnya Allah swt benar-benar menyaksikan keingkaran anak cucu Adam as. Pendapat ini adalah pendapat lbnu Abbas. Kedua, pendapat Al-Hasan, Qatadah dan Muhammad bin Ka'ab. Mereka berkata "Wa innahū" yakni sesungguhnya manusia itu menyaksikan sendiri apa yang ia perbuat, hal ini diriwayatkan juga dari Mujahid. Berbeda dengan "Wa innahū" dalam ayat 7, kata "Wa innahū" dalam ayat 8 marji' dhamirnya adalah insan atau manusia. Al-Qurthubi mengatakan, dalam hal ini yakni marji' dhamirnya adalah insan tidak ada khilaf antara ahli tafsir. Kemudian ia menjelaskan kata "lasyadīd", yakni sangat kuat cintanya kepada harta. Ia juga mengatakan ada ulama yang menfasirkan "lasyadīd" dengan yakni benar-benar bakhil. Orang bakhil dikatakan syadid dan mutasyadid. Syamsudin Al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi, [Mesir, Darul Kutub Al-Mishriyah 1384 H/1964 M], juz XX, halaman 162. Syekh Wahbah az-Zuhaili wafat 2015 M menjelaskan ayat 7, "Sesungguhnya manusia itu akan bersaksi bahwa dirinya telah membangkang dan kufur." Beliau menjelaskan kekufuran manusia dapat terlihat sebagaimana berikut أي بلسان حاله، وظهور أثر ذلك عليه في أقواله وأفعاله بعصيان ربه Artinya, "Yakni, dengan lisanul hal keadaan dan pengaruh hal itu terwujud dalam perkataan dan perbuatannya dengan bermaksiat kepada Tuhannya.” Hal ini​​​​​​ seperti padanannya dalam firman Allah swt مَا كَانَ لِلْمُشْرِكِينَ أَنْ يَعْمُرُوا مَساجِدَ اللَّهِ شاهِدِينَ عَلى أَنْفُسِهِمْ بِالْكُفْرِ Artinya, "Tidaklah pantas orang-orang musyrik memakmurkan masjid Allah, padahal mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir." QS At-Taubah 17. Kemudian dalam dalam menafsirkan ayat berikutnya, ayat 8 "Wa innahū liḥubbil-khairi lasyadīd" ia juga menyebutkan dua pendapat seperti penjelasan Imam Al-Qurthubi di atas, yaitu Pertama, sesungguhnya manusia pastilah bakhil karena kecintaannya kepada harta. Kedua, sesungguhnya kecintaannya kepada harta itu sangat kuat sehingga dia terlihat bersungguh-sungguh dan mati-matian dalam mencarinya. Berdasarkan penjelasan di atas ia menyimpulkan فصار هناك رأيان في المعنى أحدهما- وإنه لشديد المحبة للمال، والثاني- وإنه لحريص بخيل بسبب محبة المال، قال ابن كثير وكلاهما صحيح Artinya, "Maka dalam makna ayat terdapat dua pendapat. Pertama, manusia sangat mencintai harta. Kedua, manusia sangat bakhil karena kecintaannya kepada harta. Ibnu Katsir berkata, "Kedua pendapat itu benar." Wahbah bin Musthafa Az-Zuhaili, At-Tafsirul Munir, [Damaskus, Darul Fikr 1418 H], juz XXX, halaman 371. Terkait makna kata “al-khair” dalam ayat 8 yang oleh mayoritas mufasir dimaknai dengan harta, Prof Quraish Shihab menjelaskan "Kata “al-khair” biasa diartikan kebaikan. Tetapi yang dimaksud di sini adalah harta benda. Demikian pendapat mayoritas ulama. Surat Al-Baqarah ayat 180 juga menggunakannya untuk makna itu. Hal ini menurut sementara ulama, untuk memberi isyarat bahwa harta benda harus diperoleh dan digunakan untuk tujuan kebaikan. Dapat juga dikatakan bahwa ia dinamai demikian untuk memberi isyarat bahwa harta benda adalah sesuatu yang baik. Semakin banyak ia semakin baik. Yang menjadikan harta tidak baik adalah kecintaan yang berlebihan terhadapnya dan yang mengantar seseorang untuk bersifat kikir, atau menggunakannya bukan pada tempatnya." M Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, [Lentera Hati, Cilandak Timur Jakarta 2005], volume 15, halaman 467-468. Walhasil, manusia atas kekufurannya atau pengingkaran nikmat-nikmat Allah itu, ia akan bersaksi. Kekufuranya terlihat dari perkataan dan perbuatannya yang bermaksiat kepada Tuhannya. Kemudian ayat 8 mengemukakan sifat lain manusia yang sekaligus merupakan penjelasan mengapa ia begitu kikir atau bakhil, karena manusia sangat mencintai harta sehingga dia terlihat bersungguh-sungguh dan mati-matian dalam mencarinya. Wallahu a'lam. Ustadz Muhammad Hanif Rahman, Dosen Ma'had Aly Al-Iman Bulus dan Pengurus LBM NU Purworejo Apapengertian kalimat, "Siapa mengenal dirinya, maka mengenal Tuhannya." Pengertian kalimat "Siapa mengenal dirinya, maka mengenal Tuhannya" yang tersebut dalam Atsar, ialah mengenal diri sendiri merupakan salah satu cara mengenal Allah swt. apabila manusia seperti kita merenungi kelemahan dirinya, keterbatasannya, kebutuhannya dan ketidakberdayaannya mengambil kemanfaatan untuk Tafsir Surat Al Adiyat Surat Al Adiyat ayat 1 Demi kuda perang yang berlari kencang dengan terengah-engah, Kata al adiyat berasal dari kata adaa – ya’duu yang berarti jauh atau melampaui batas. Dari kata itu muncul berbagai derivasi namun tetap mengandung makna jauh. Misalnya aduw yang artinya musuh. Bermusuhan karena jauhnya hati. Ada pula al aduw yang artinya berlari cepat. Menempuh jarak jauh dalam waktu singkat. Ada pula udwaan yang artinya agresi. Karena yang melakukannya jauh dari kebenaran dan keadilan. Secara harfiah, kata al adiyat berarti yang berlari kencang. Kata ini tidak menjelaskan siapa pelakunya. Menurut jumhur ulama termasuk Ibnu Abbas, artinya adalah kuda yang berlari kencang. Namun menurut Ali bin Abu Thalib, al adiyat di ayat ini adalah unta. Ia berhujjah, pada Perang Badar, kaum muslimin mengendarai unta. Hanya ada dua ekor kuda yang dibawa yakni milik Az Zubair dan Al Miqdad. Sementara yang mayoritas mengartikan kuda berhujjah, sebab sifat-sifat dalam surat ini ada pada kuda, bukan unta. Mulai dari mengeluarkan dengusan nafas saat berlari, hingga mengeluarkan percikan api. Unta secepat apa pun larinya, ia tak bisa menghasilkan percikan api. Kata dhabhan berarti dengusan nafas saat berlari. Ibnu Abbas mengatakan, tidak ada binatang yang mengeluarkan dengusan nafas saat berlari kecuali kuda dan anjing. Ibnu Katsir menjelaskan, dalam ayat ini Allah Subhanahu wa Ta’ala bersumpah dengan menyebut kuda apabila dilarikan di jalan Allah, maka ia lari dengan kencang dan keluar suara dengus nafasnya. Surat Al Adiyat ayat 2 dan kuda yang mencetuskan api dengan pukulan kuku kakinya, Kata al muuriyaat menunjukkan pelaku yang menyalakan api. Dari kata waraa-waryan atau wariya-yarii yang artinya menyalakan api. Kata fa sebelum al muuriyaat menunjukkan bahwa nyala atau percikan api itu merupakan akibat dari berlari kencang. Kata qadhan berasal dari kata qadaha yang artinya mengeluarkan atau memercikkan. Baik air dari kolam, kuah dari mangkuk maupun api dari batu, ia disebut qadhan jika keluarnya sedikit. Karenanya ayat ini dipahami kuda yang berlari kencang hingga menimbulkan percikan api akibat gesekan kakinya dengan batu. Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini “ yakni suara detak teracaknya ketika menginjak batu-batuan, lalu keluarlah percikan api darinya.” Surat Al Adiyat ayat 3 dan kuda yang menyerang dengan tiba-tiba di waktu pagi, Kata al mughiirat merupakan bentuk jamak dari al mughiir. Berasal dari kata aghaara yang artinya bercepat-cepat melangkah. Dari situ kemudian makna umumnya menjadi serangan mendadak yang dilakukan dengan mengendarai kuda. Kata shubhan artinya adalah waktu subuh. Menggambarkan serangan itu cepat dan mendadak waktunya. “ Yaitu di waktu musuh sedang lengah, lalai atau mengantuk. Angkatan perang itu tiba-tiba datang laksana diturunkan dari langit,” kata Buya Hamka dalam Tafsir Al Azhar. Orang yang mengartikan al adiyat dengan unta, menafsirkan ayat ini sebagai berangkat di waktu Subuh dari Muzdalifah ke Mina. Namun pendapat ini tidak sekuat tafsir tentang kuda perang yang juga merupakan pendapat Ibnu Abbas, Mujahid dan Qatadah. Surat Al Adiyat ayat 4 maka ia menerbangkan debu, Ibnu Katsir menjelaskan, maknanya adalah tempat yang kuda-kuda dan unta-unta itu berada, baik dalam ibadah haji maupun dalam jihad, debu-debuh beterbangan karenanya. Surat Al Adiyat ayat 5 dan menyerbu ke tengah-tengah kumpulan musuh. Kata jam’an digunakan dalam Al Quran untuk menunjuk kelompok besar dan selalu menduga akan mampu meraih kemenangan. Menurut Buya Hamka, artinya adalah kumpulan musuh. Sebagian mufassir menjelaskan, lima ayat yang dimulai dengan sumpah Allah ini menggambarkan cepatnya kedatangan kiamat. Laksana serangan mendadak pasukan berkuda di pagi hari pada zaman dulu. Syaikh Adil Muhammad Khalil menjelaskan, sumpah Allah dengan kuda perang dalam lima ayat ini untuk menunjukkan bahwa kuda melakukan itu semua meskipun dengan terengah-engah demi memenuhi kehendak tuannya. Lalu mengapa manusia justru ingkar kepada Allah dan tidak melakukan apa yang diperintahkan demi mendapat ridha-Nya? Surat Al Adiyat ayat 6 Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Tuhannya, Kata kanuud merupakan bentuk superlatif dari kata kanada yang artinya tandus. Bentuk superlatif ini menggambarkan betapa besar kekufuran dan keingkaran manusia sehingga tidak mau memberikan bantuan sekecil apa pun. Buya Hamka mengatakan, arti kanuud adalah tidak berterima kasih, melupakan jasa. “ Berapapun nikmat diberikan Allah, ia tidak merasa puas dengan yang telah ada itu bahkan minta tambah lagi. Nafsunya tidak pernah merasa cukup dan kenyang; yang ada tidak disyukurinya, yang datang terlebih dahulu dilupakannya.” Ibnu Katsir menafsirkan, sesungguhnya manusia itu benar-benar mengingkari nikmat-nikmat Tuhannya. Surat Al Adiyat ayat 7 dan sesungguhnya manusia itu menyaksikan sendiri keingkarannya, Kata syahiid berasal dari syahida yang artinya menyaksikan. Dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan, sesungguhnya manusia itu benar-benar menyaksikan sendiri mengakui keingkaran dirinya melalui sepak terjangnya. Terlihat jelas dari ucapan dan perbuatannya. Surat Al Adiyat ayat 8 dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta. Kata al khair juga punya arti kebaikan. Namun di ayat ini, artinya adalah harta benda. Syaikh Wahbah Az Zuhaili dalam Tafsir Al Munir menegaskan makna ini sebagaimana firman Allah pada Surat Al Baqarah ayat 180. Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan tanda-tanda maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu-bapak dan karib kerabatnya secara ma’ruf, ini adalah kewajiban atas orang-orang yang bertakwa. QS. Al Baqarah 180 Kata syadiid berasal dari kata syadda yang bisa berarti menguatkan ikatan. Karena ikatannya dengan harta sangat kuat, ia enggan untuk melepaskannya. Ia menjadi sangat bakhil. Ada dua penafsiran ayat ini. Pertama, sesungguhny manusia itu sangat mencintai harta. Kedua, sesungguhnya karena kecintaannya kepada harta membuatnya jadi kikir. Ibnu Katsir membenarkan kedua penafsiran ini. Surat Al Adiyat ayat 9 Maka apakah dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan apa yang ada di dalam kubur, Kata bu’tsira awalnya bermakna membolak-balik sesuatu. Kata ini memberi kesan kegelisahan dan ketergesaan. Misalnya membolak-balikkan lemari karena mencari sesuatu. Dalam kubur nanti, dicari dan dibongkar dengan ketergesaan hingga gelisahlah isi hati yang dibongkar. Menurut Ibnu Katsir, maknanya adalah dikeluarkannya orang-orang yang telah mati dari dalam kuburnya. Az Zuhaili juga menafsirkan, orang-orang yang di dalam kubur akan dibangkitkan. Begitu pula Sayyid Qutb dan Buya Hamka. Surat Al Adiyat ayat 10 dan dilahirkan apa yang ada di dalam dada, Kata hushshila memiliki arti memisahkan, mengemukakan atau menghimpun. Kata ash shuduur merupakan bentuk jamak dari ash shadr yang artinya dada. Maknanya adalah hati manusia. Menurut Ibnu Abbas, maknanya adalah apabila dilahirkan dan ditampakkan apa yang selama itu mereka sembunyikan dalam hati. Surat Al Adiyat ayat 11 sesungguhnya Tuhan mereka pada hari itu Maha Mengetahui keadaan mereka. Kata khabir berasal dari khabar yang artinya pencarian untuk mencapai pengetahuan yang pasti tentang hakikat sesuatu. Jika dipakai sebagai sifat Allah, ia mengandung arti pengetahuan-Nya menyangkut hal-hal yang detil serta tersembunyi, betatapun kecilnya sesuatu dan betapapun tersembunyi, pasti diketahui Allah.
Halitu kami lakukan agar di hari kiamat nanti mereka tak lagi beralasan dengan mengatakan, 'Sesungguhnya kami tidak tahu apa-apa mengenai keesaan Tuhan ini. ' (1) Penjelasan makna sulbi, lihat catatan kaki tafsir surat al-Thâriq: 7. القرآن الكريم - الأعراف٧ :١٧٢. Al-A'raf 7:172. QuranO Youtube Channel.
– Berikut kita uraikan surat Al-Adiyat Ayat 1 sampai 11 Arab, Latin, Artinya Bahasa Indonesia, tafsir singkat KEMENAG. Surat Adiyat terdapat dalam surat ke 100. Surat ini terdiri dari 11 ayat dan termasuk surat Makiyah. Surat Adiyah memiliki arti Kuda Perang Yang Berlari Kencang, seperti diambil dari ayat pertama. Baca juga Surat At Takatsur Ayat 1 Sampai 8 Arab, Latin, Artinya Bahasa Indonesia, Tafsir Singkat KEMENAG Berikut pembahasan surat Al-Adiyat Ayat 1 sampai 11 Arab, Latin, Artinya Bahasa Indonesia, tafsir singkat KEMENAG وَٱلْعَٰدِيَٰتِ ضَبْحًا wal-ādiyāti ḍab-ḥā 1. Demi kuda perang yang berlari kencang dengan terengah-engah, فَٱلْمُورِيَٰتِ قَدْحًا fal-mụriyāti qad-ḥā 2. dan kuda yang mencetuskan api dengan pukulan kuku kakinya, فَٱلْمُغِيرَٰتِ صُبْحًا fal-mugīrāti ṣub-ḥā 3. dan kuda yang menyerang dengan tiba-tiba di waktu pagi, فَأَثَرْنَ بِهِۦ نَقْعًا fa aṡarna bihī naq’ā 4. maka ia menerbangkan debu, فَوَسَطْنَ بِهِۦ جَمْعًا fa wasaṭna bihī jam’ā 5. dan menyerbu ke tengah-tengah kumpulan musuh, إِنَّ ٱلْإِنسَٰنَ لِرَبِّهِۦ لَكَنُودٌ innal-insāna lirabbihī lakanụd 6. sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Tuhannya, وَإِنَّهُۥ عَلَىٰ ذَٰلِكَ لَشَهِيدٌ wa innahụ alā żālika lasyahīd 7. dan sesungguhnya manusia itu menyaksikan sendiri keingkarannya, وَإِنَّهُۥ لِحُبِّ ٱلْخَيْرِ لَشَدِيدٌ wa innahụ liḥubbil-khairi lasyadīd 8. dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta. Baca juga Surah Al Asr Ayat 1-3 Arab, Latin, Artinya Bahasa Indonesia, Tafsir Singkat KEMENAG ۞ أَفَلَا يَعْلَمُ إِذَا بُعْثِرَ مَا فِى ٱلْقُبُورِ a fa lā ya’lamu iżā bu’ṡira mā fil-qubụr 9. Maka apakah dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan apa yang ada di dalam kubur, وَحُصِّلَ مَا فِى ٱلصُّدُورِ wa huṣṣila mā fiṣ-ṣudụr 10. dan dilahirkan apa yang ada di dalam dada, إِنَّ رَبَّهُم بِهِمْ يَوْمَئِذٍ لَّخَبِيرٌۢ inna rabbahum bihim yauma`iżil lakhabīr 11. sesungguhnya Tuhan mereka pada hari itu Maha Mengetahui keadaan mereka. BACA JUGA Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI 1-6. Demi kuda perang yang berlari kencang dan bernafas terengah-engah ke arah musuh dengan penuh keberanian dan semangat guna membawa tuannya berperang di jalan Allah. Dan demi kuda yang memercikkan bunga api karena hentakan kuku kakinya beradu dengan batu batu. Hal ini menunjukkan keberaniannya menghadapi rintangan sebesar apa pun. Dan demi kuda yang menyerang dengan tiba-tiba pada waktu pagi hal ini menunjukkan kesiagaannya untuk berjihad tanpa mengenal waktu, sehingga dengan serangan kuda-kuda itu menerbangkan debu yang tebal, tanda betapa dahsyat serangan mereka ke arah musuh, lalu menyerbu bersama dengan kepulan debu itu ke tengah-tengah kumpulan musuh dengan gagah berani. Demi kuda-kuda perang yang demikian sifatnya, sungguh manusia itu enggan bersyukur dan sangat ingkar kepada nikmat tuhannya. Manusia, kecuali yang dirahmati Allah, malas bersyukur ketika mendapatkan nikmat dan tidak mau memenuhi kewajiban yang dibebankan kepadanya. 7. Dan sesungguhnya dia mengakui dan menyaksikan keingkarannya itu. Hal itu bisa dilihat dari mudahnya manusia bermaksiat kepada Allah. 8. Dan sesungguhnya cintanya kepada harta benar-benar berlebihan. Kecintaan berlebihnya pada harta membuatnya materialistis, mengumpulkan harta dengan jalan apa pun, tidak peduli halan atau haram. Cintanya itu juga membuatnya bakhil dan cenderung menggunakannya untuk sesuatu yang tidak benar. 9. Maka tidakkah dia mengetahui apabila apa yang di dalam kubur dikeluarkan dan dibangkitkan pada hari kiamat untuk mempertanggung-jawabkan amalnya, 10. Dan tidakkah mereka mengetahui nasibnya bila apa yang tersimpan di dalam dada dilahirkan, baik itu keimanan maupun kekafiran’ kelakuan seseorang adalah cerminan isi hatinya. Buruknya perilaku seseorang merupakan pertanda buruknya hati orang tersebut, demikian sebaliknya. 11. Sungguh, tuhan mereka pada hari itu mahateliti terhadap keadaan mereka. Allah mencatat dengan rinci dan detail apa yang dilakukan manusia. Dengan bukti itu Allah akan menghisab dan memberi balasan yang sesuai kepada mereka.

Katajam'an (جمعا) digunakan dalam Al Quran untuk menunjuk kelompok besar dan selalu menduga akan mampu meraih kemenangan. dan sesungguhnya manusia itu menyaksikan (sendiri) keingkarannya, Kata syahiid (شهيد) berasal dari syahida (شهد) yang artinya menyaksikan. Dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan, sesungguhnya manusia itu benar

Tafsir Surat al-AadiyaatSegala puji hanya untuk Allah Ta'ala, shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulallah Shalallahu alaihi wa sallam. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah dengan benar melainkan Allah Shubhanahu wa ta’alla semata yang tidak ada sekutu bagi -Nya, dan aku juga bersaksai bahwa Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam adalah seorang hamba dan utusan -Nya. Amma ba'duPada sejatinya Allah tabaraka wa ta'ala menurunkan kitab suci al-Qur'an adalah supaya direnungi isinya lalu diamalkan dalam praktek keseharian. Hal itu, bisa terlihat jelas dalam banyak ayat yang menjelaskan akan hal ini, seperti salah satunya yang telah dititahkan melalui firman -Nya﴿ كِتَٰبٌ أَنزَلۡنَٰهُ إِلَيۡكَ مُبَٰرَكٞ لِّيَدَّبَّرُوٓاْ ءَايَٰتِهِۦ وَلِيَتَذَكَّرَ أُوْلُواْ ٱلۡأَلۡبَٰبِ ٢٩﴾ [ص 29 ]"Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka mentadaburi ayat-ayat -Nya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran". QS Shaad 29.Maka kajian kita kali ini akan mengkaji salah satu surat dalam al-Qur'an yaitu surat al-Aadiyaat. Surat al-Adiyaat termasuk dalam bagian surat-surat pendek yang mungkin sekali kita sering mendengarnya dan telah banyak dihafal oleh kebanyakan kaum muslimin. Sehingga menjadikan hal tersebut, lebih ditekankan lagi untuk memahami makna serta isi kandungan yang tersimpan hukum-hukum Shubhanahu wa ta’alla memulai firmannya dengan mengatakan﴿ وَٱلۡعَٰدِيَٰتِ ضَبۡحٗا ١ فَٱلۡمُورِيَٰتِ قَدۡحٗا ٢ فَٱلۡمُغِيرَٰتِ صُبۡحٗا ٣ فَأَثَرۡنَ بِهِۦ نَقۡعٗا ٤ فَوَسَطۡنَ بِهِۦ جَمۡعًا ٥ إِنَّ ٱلۡإِنسَٰنَ لِرَبِّهِۦ لَكَنُودٞ ٦ وَإِنَّهُۥ عَلَىٰ ذَٰلِكَ لَشَهِيدٞ ٧ وَإِنَّهُۥ لِحُبِّ ٱلۡخَيۡرِ لَشَدِيدٌ ٨ ۞أَفَلَا يَعۡلَمُ إِذَا بُعۡثِرَ مَا فِي ٱلۡقُبُورِ ٩ وَحُصِّلَ مَا فِي ٱلصُّدُورِ ١٠ إِنَّ رَبَّهُم بِهِمۡ يَوۡمَئِذٖ لَّخَبِيرُۢ ١١﴾ [ العاديات 1-11]"Demi kuda perang yang berlari kencang dengan terengah-engah, dan kuda yang mencetuskan api dengan pukulan kuku kakinya, dan kuda yang menyerang dengan tiba-tiba di waktu pagi, Maka ia menerbangkan debu, dan menyerbu ke tengah-tengah kumpulan musuh, Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Tuhannya, dan Sesungguhnya manusia itu menyaksikan sendiri keingkarannya, dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta. Maka apakah dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan apa yang ada di dalam kubur, dan dilahirkan apa yang ada di dalam dada, Sesungguhnya Tuhan mereka pada hari itu Maha mengetahui Keadaan mereka". QS al-Aadiyaat 1-11.Tafsir AyatAllah ta'ala memulai firman -Nya dengan mengatakan﴿ وَٱلۡعَٰدِيَٰتِ ضَبۡحٗا ١ ﴾ [ العاديات 1 ]"Demi kuda perang yang berlari kencang dengan terengah-engah". QS al-Aadiyaat 1.Huruf wawu dalam permulaan ayat ini disebut oleh para ahli tafsir sebagai wawu qosam untuk sumpah, sedang yang dijadikan sebagai obyek untuk bersumpah oleh Allah ta'ala adalah al-Aadiyaat yakni kuda perang yang berlari kencang. Adapun makna adh-Dhubha ialah suara ringkikan kuda dikala lari Allah ta'ala melanjutkan firman -Nya sambil mengatakan﴿ فَٱلۡمُورِيَٰتِ قَدۡحٗا ٢ ﴾ [ العاديات 2]"Dan kuda yang mencetuskan api dengan pukulan kuku kakinya ". QS al-Aadiyaat 2.Maksudnya kuda tersebut mampu meletupkan api tatkala berlari dimalam hari disebabkan pukulan kuku kakinya yang sangat keras ke atas Allah azza wa jalla berfirman﴿ فَٱلۡمُغِيرَٰتِ صُبۡحٗا ٣ ﴾ [ العاديات 3 ]"Dan kuda yang menyerang dengan tiba-tiba di waktu pagi". QS al-Aadiyaat 3.Yaitu kuda yang merubah arah menuju kearah musuh sambil menyerang secara tiba-tiba diwaktu Allah ta'ala berfirman﴿ فَأَثَرۡنَ بِهِۦ نَقۡعٗا ٤ ﴾ [ العاديات 4 ]"Maka ia menerbangkan debu". QS al-Aadiyaat 4.Yang dimaksud dengan an-Naq'u ialah debu yang dihasilkan dari hentakan kaki kuda tersebut ketika berhadapan dengan musuh. Seperti dikatakan oleh seorang penyairSeakan debu itu berkobar-kobar diatas kepala kamiSedang kilauan pedang berkilat, bercahaya bagaikan dimalam hariLalu Allah Shubhanahu wa ta’alla melanjutkan firman -Nya﴿ فَوَسَطۡنَ بِهِۦ جَمۡعًا ٥ ﴾ [ العاديات 5 ]"Dan menyerbu ke tengah-tengah kumpulan musuh". QS al-Aadiyaat 5.Maksudnya kuda-kuda tersebut maju mampu merangsek ketengah-tengah kumpulan musuh sehingga benar-benar berada ditengah medan pertempuran dan kumpulan pasukan. Sebagaimana dikatakan oleh seorang penyairMereka berada ditengah-tengah, hingga hilang dalam kumpulanDibawah serangan, dalam hujan debu yang menyelimutinyaSelanjutnya Allah ta'ala berfirman﴿ إِنَّ ٱلۡإِنسَٰنَ لِرَبِّهِۦ لَكَنُودٞ ٦ وَإِنَّهُۥ عَلَىٰ ذَٰلِكَ لَشَهِيدٞ ٧ وَإِنَّهُۥ لِحُبِّ ٱلۡخَيۡرِ لَشَدِيدٌ ٨ ﴾ [ العاديات 6-8 ]"Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Tuhannya, dan sesungguhnya manusia itu menyaksikan sendiri keingkarannya, dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta". QS al-Aadiyaat 6-8.Disinilah letak jawaban dari sumpah-sumpah diatas. Dan yang dimaksud dengan al-Kunud ialah orang yang ingkar dan tidak mengakui akan nikmat-nikmat Allah Shubhanahu wa a’alla yang ada. Sebagaimana ditafsirkan oleh Ibnu Abbas. Sedang al-Hasan mengatakan "Yang dimaksud dengan al-Kunud ialah orang yang hanya mengingat musibah yang menimpanya dan melupakan nikmat yang banyak". [1] seorang penyair mengatakanDuhai orang yang dhalim dalam tindak-tanduknyaKetahuilah, kedhaliman akan kembali atasmuSampai kapan engkau dan hingga kapanDirimu terus mengeluh dan lupa terhadap nikmatDan keadaan manusia, sesuai sekali dengan apa yang digambarkan oleh ayat ini walaupun lisannya mengklaim tidak mengatakannya. Sedang yang dimaksud dengan al-Khair ialah harta dan kecintaan manusia terhadapnya sebagaimana digambarkan dengan jelas oleh Allah ta'ala melalui firman -Nya﴿ وَتُحِبُّونَ ٱلۡمَالَ حُبّٗا جَمّٗا ٢٠﴾ [ الفجر 20 ]"Dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan". QS al-Fajr 20.Selanjutnya Allah ta'ala mengatakan dalam firman -Nya﴿ أَفَلَا يَعۡلَمُ إِذَا بُعۡثِرَ مَا فِي ٱلۡقُبُورِ ٩ ﴾ [ العاديات 1-11 ]"Maka apakah dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan apa yang ada di dalam kubur". QS al-Aadiyaat 9.Az-Zamakhsary menjelaskan "Kosa kata ini yaitu﴿ بُعۡثِرَ ﴾ itu terambil dari dua kalimat yaitu al-Ba'tsu dan an-Nutsur. Sedang makna yang pertama adalah bangkitnya mereka dari kematian. Dan yang kedua ialah gambaran mereka ketika bangkit yaitu seperti bagaikan benih bertebaran yang disebar. Maka ini menunjukan pada kita bahwa kebangkitan mereka itu bertebaran dimana-mana seperti halnya benih manakala tumbuh". [2] dan makna ini dijelaskan secara gamblang oleh Allah ta'ala dalam firman -Nya﴿ خُشَّعًا أَبۡصَٰرُهُمۡ يَخۡرُجُونَ مِنَ ٱلۡأَجۡدَاثِ كَأَنَّهُمۡ جَرَادٞ مُّنتَشِرٞ ٧ ﴾ [القمر 7 ]"Sambil menundukkan pandangan-pandangan mereka keluar dari kuburan seakan-akan mereka belalang yang beterbangan". QS al-Qomar 7.Dan firman -Nya﴿ يَوۡمَ يَكُونُ ٱلنَّاسُ كَٱلۡفَرَاشِ ٱلۡمَبۡثُوثِ ٤ ﴾ [ القارعة 4 ]"Pada hari itu manusia adalah seperti anai-anai yang bertebaran". QS al-Qaari'ah 4.Kemudian Allah Shubhanahu wa a’alla melanjutkan﴿ وَحُصِّلَ مَا فِي ٱلصُّدُورِ ١٠ ﴾ [ العاديات 1-11 ]"Dan dilahirkan apa yang ada di dalam dada". QS al-Aadiyaat 10.Syaikh Ibnu Sa'di mengatakan dalam tafsirnya tentang ayat ini "Artinya menjadi jelas dan nampak isi yang ada didalam dada, dari perkara yang baik maupun buruk. Sehingga pada saat itu perkaranya berubah yang rahasia menjadi jelas, yang dalam bathin menjadi nampak terlihat". [3] hal itu, seperti yang dikatakan oleh seorang penyairTiap orang pada saat itu akan mengetahui semua perbuatanApabila dibuka catatan amalnya dihadapan AllahDan Allah azza wa jalla menutup dengan ayat -Nya﴿ إِنَّ رَبَّهُم بِهِمۡ يَوۡمَئِذٖ لَّخَبِيرُۢ ﴾ [ العاديات 11 ]" Sesungguhnya Tuhan mereka pada hari itu Maha mengetahui Keadaan mereka". QS al-Aadiyaat 11.Artinya pada hari kiamat sebagaimana tersirat dalam ayat sebelumnya yang mengatakan﴿ أَفَلَا يَعۡلَمُ إِذَا بُعۡثِرَ مَا فِي ٱلۡقُبُورِ ٩ ﴾ [ العاديات 1-11 ]"Maka apakah dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan apa yang ada di dalam kubur". QS al-Aadiyaat 9.Yang dimaksud dengan al-Khabiir ialah Allah azza wa jalla. Dan kalimat ini mempunyai makna lebih khsusus dari kata-kata al-Aliim karena terkumpul dalam makna al-Khabiir, ilmu dibarengi bahwa Allah Shubhanahu wa a’alla akan membalas dari semua perkara yang ada dalam hati baik yang nampak maupun yang tersembunyi, yang mana tidak ada yang mengetahui perkara tersebut melainkan Allah ta'ala lebih gamblang dari ini adalah manakala menyatukan dua sifat ini dalam salah satu firman -Nya﴿ قَالَتۡ مَنۡ أَنۢبَأَكَ هَٰذَاۖ قَالَ نَبَّأَنِيَ ٱلۡعَلِيمُ ٱلۡخَبِيرُ ٣﴾ [ التحريم 3 ]"Lalu Hafsah bertanya "Siapakah yang telah memberitahukan hal ini kepadamu?" Nabi menjawab "Telah diberitahukan kepadaku oleh Allah yang Maha mengetahui lagi Maha Mengenal."QS at-Tahriim 3.Pelajaran yang bisa kita petikPertama Allah ta'ala telah bersumpah dengan kuda perang yang berlari kencang. Dan Allah Shubhanahu wa a’alla tidak bersumpah kecuali pada perkara yang agung, dan dengan makhluk -Nya yang menunjukan pula akan keagungannya. Dan manakala Allah Shubhanahu wa a’alla menyebut tentang kuda perang, kekuatannya, kencangnya ketika berlari kearah musuh, gagah berani menerobos musuh hingga masuk berada ditengah-tengah medan pertempuran dibawah kilatan cahaya pedang. Ini semua disebut, sebagai peringatan akan keutamaan jihad dijalan Allah serta kedudukannya yang agung dalam Adanya isyarat bagi kita untuk mempersiapkan kuda-kuda untuk berjihad dijalan Allah azza wa jalla. Didalam ayat yang lain hal itu dijelaskan secara gamblang, dimana Allah ta'ala menyuruh﴿ وَأَعِدُّواْ لَهُم مَّا ٱسۡتَطَعۡتُم مِّن قُوَّةٖ وَمِن رِّبَاطِ ٱلۡخَيۡلِ تُرۡهِبُونَ بِهِۦ عَدُوَّ ٱللَّهِ وَعَدُوَّكُمۡ ٦٠﴾ [ الأنفال 60 ]"Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang yang dengan persiapan itu kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu". QS al-Anfaal 60.Dalam sebuah hadits dijelaskanقَالَ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم الْخَيْلُ مَعْقُودٌ فِي نَوَاصِيهَا الْخَيْرُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ » [أخرجه البخاري و مسلم]"Kuda yang diikatkan tali kekang dikepalanya itu adalah kebaikan sampai hari kiamat". HR Bukhari no 2850. Muslim no Didalam ayat tersirat bahwa segala perkara yang diperoleh oleh kuda perang serta para mujahidin dijalan Allah Shubhanahu wa a’alla dari debu yang menempel di seluruh tubuh disebabkan oleh hentakan kudanya, maka hal tersebut merupakan perkara yang tidak akan luput dari Allah Shubhanahu wa a’alla sehingga –Dia telah mempersiapkan bagi mereka balasan yang besar. Dalam sebuah hadits shahih Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa sallam bersabdaقَالَ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم لَا يَجْتَمِعُ غُبَارٌ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَدُخَانُ جَهَنَّمَ » [أخرجه الترمذي]"Tidak akan mungkin terkumpul pada seorang mujahid, debu di medan perang dan uapnya api neraka jahanam". HR at-Tirmidzi no 1633. Beliau berkata Hadits hasan Ayat yang mulia diatas mengisyaratkan pada kita agar punya perhatian terhadap kuda serta memilih yang terbaik dari kuda-kuda yang ada. Punya keseriusan didalam melatihnya dan mempersiapkan pada momen-momen penting yang dibutuhkan olehnya, diantaranya memberikan perawatan yang cukup, sering melakukan pertandingan, melatih agar tetap bagus. Dan adanya celaan didalam ayat menunjukan akan hal sebuah hadits dijelaskan, dari sahabat Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma, beliau menceritakan "Bahwa Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa sallam berhasil melewati kuda yang kurus yang sudah berjalan lebih dahulu dari Haifa. Dan saat itu kuda tersebut sudah berada di Tsaniyatul Wada'. Dan beliau juga berhasil melewati kuda yang kuat yang sebelumnya sudah berjalan lebih dahulu dari Tsaniyatul Wada'."Kelima Allah Shubhanahu wa ta’alla menciptakan manusia dan menjadikan pada sebagian mereka sebagai tempat ujian. Dengan menciptakan pada sebagian orang beberapa sifat yang tercela, lalu membebaninya untuk berusaha menghilangkan sifat tersebut serta melatihnya sehingga bisa berpaling dari keburukannya. Sebagaimana disinggung dalam firman -Nya yang lain﴿ قَدۡ أَفۡلَحَ مَن زَكَّىٰهَا ٩ وَقَدۡ خَابَ مَن دَسَّىٰهَا ١٠﴾[الشمس 9-10]"Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya". QS asy-Syams 9-10.Keenam Didalam ayat yang mulia ini menetapkan adanya kebangkitan dari kubur setelah kematian. Yang membuktikan bahwa jasad manusia yang terpendam dalam kubur dan telah berubah menjadi tanah, kelak Allah Shubhanahu wata’alla akan menghidupkan kembali dan memberi balasan akan perkara yang tersembunyi dalam hatinya. Yaitu disaat tidak berguna lagi harta dan anak keturunan. Sebagaimana ditegaskan oleh Allah ta'ala dalam firman -Nya﴿ يَوۡمَ لَا يَنفَعُ مَالٞ وَلَا بَنُونَ ٨٨ إِلَّا مَنۡ أَتَى ٱللَّهَ بِقَلۡبٖ سَلِيمٖ ٨٩﴾ [الشعراء 88-89 ]"Yaitu di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih". QS asy-Syu'araa 88-89.Ketujuh Bahwa hati merupakan tempat berputarnya kebaikan dan kerusakan dalam diri seseorang. Sehingga jika baik hatinya akan menjadikan baik pula amal anggota badannya, dan bila buruk maka akan menjadikan buruk amal anggota badan.[4]Akhirnya kita ucapkan segala puji bagi Allah Shubhanahu wa ta’alla Rabb semesta alam. Shalawat serta salam semoga Allah Shubhanahu wa ta’alla curahkan kepada Nabi kita Muhammad Shalallahu alaihi wa sallam, kepada keluarga beliau serta para sahabatnya.[1] . Tafsir Ibnu Katsir 14/436.[2] . Tatimatu Adhwaail Bayan 9/248. Cetakan Daarul Kutub Ilmiyah oleh Athiyah Salim.[3] . Tafsir Ibnu Sa'di hal 892.[4] . Pembahasan ini banyak diambil dari kitab Tafsir Adhwaul Bayan oleh syaikh Athiyah bin Muhammad Salim, muridnya Syaikh Muhammad Amin Syinqithi. Sebagianulama yang lain berpandangan bahwa dhamir "kata ganti" هُ pada وَإِنَّهُ kembali kepada manusia itu sendiri, sehingga makna ayat menjadi, "Sesungguhnya manusia itu tahu dan menyaksikan sendiri akan keingkarannya." (lihat Tafsir al-Baghowi 8/509)
Manusia begitu ingkar pada nikmat Rabbnya. Mereka amat cinta pada harta dan bersikap pelit. Kelak semua itu akan ditampakkan oleh Allah dan akan dibalas. Allah Ta’ala berfirman, وَالْعَادِيَاتِ ضَبْحًا 1 فَالْمُورِيَاتِ قَدْحًا 2 فَالْمُغِيرَاتِ صُبْحًا 3 فَأَثَرْنَ بِهِ نَقْعًا 4 فَوَسَطْنَ بِهِ جَمْعًا 5 إِنَّ الْإِنْسَانَ لِرَبِّهِ لَكَنُودٌ 6 وَإِنَّهُ عَلَى ذَلِكَ لَشَهِيدٌ 7 وَإِنَّهُ لِحُبِّ الْخَيْرِ لَشَدِيدٌ 8 أَفَلَا يَعْلَمُ إِذَا بُعْثِرَ مَا فِي الْقُبُورِ 9 وَحُصِّلَ مَا فِي الصُّدُورِ 10 إِنَّ رَبَّهُمْ بِهِمْ يَوْمَئِذٍ لَخَبِيرٌ 11 “Demi kuda perang yang berlari kencang dengan terengah-engah dan kuda yang mencetuskan api dengan pukulan kuku kakinya, dan kuda yang menyerang dengan tiba-tiba di waktu pagi, maka ia menerbangkan debu, dan menyerbu ke tengah-tengah kumpulan musuh. Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Rabbnya, dan sesungguhnya manusia itu menyaksikan sendiri keingkarannya. Dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta. Maka apakah dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan apa yang ada di dalam kubur, dan dilahirkan apa yang ada di dalam dada? Sesungguhnya Rabb mereka pada hari itu Maha Mengetahui keadaan mereka.” QS. Al Adiyat 1-11. Kuda Perang Ketika Menyerang Musuh Dalam surat Al Adiyat ini, Allah bersumpah dengan kuda. Kuda adalah di antara karunia Allah pada makhluk-Nya. Kuda di sini memiliki keistimewaan khusus dibanding hewan-hewan lainnya. Kuda tersebut dikatakan berlari kencang dengan terengah-rengah. Kuda tersebut memercikkan api karena sentakan kakinya yang mengenai batu saat berlari kencang. Kuda tersebut kemudian menyerang musuhnya di waktu Shubuh. Lalu kuda tersebut menerbangkan debu-debu. Kuda tersebut kemudian menyerang musuhnya hingga menebus ke tengah-tengah mereka. Inilah yang digunakan untuk bersumpah oleh Allah dalam awal-awal surat ini. Manusia Sangat Ingkar Adapun isi sumpah dijelaskan mulai pada ayat, إِنَّ الْإِنْسَانَ لِرَبِّهِ لَكَنُودٌ “Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Rabbnya.” Makna “al kanud” adalah al kafur, yaitu mengingkari nikmat Rabbnya. Demikian kata Ibnu Abbas dan lainnya. Al Hasan Al Bashri mengatakan, هو الذي يعد المصائب، وينسى نعم ربه “Manusia itu terus menghitung-hitung musibah. Namun melupakan betapa banyak nikmat yang telah Rabbnya beri.” Tafsir Al Qur’an Al Azhim, 7 634. Akan Menyaksikan Kekufurannya Dalam ayat selanjutnya disebutkan, وَإِنَّهُ عَلَى ذَلِكَ لَشَهِيدٌ “dan sesungguhnya manusia itu menyaksikan sendiri keingkarannya“. Ada dua tafsiran mengenai ayat di atas 1- Allah akan menjadi saksi terhadap apa yang diperbuat manusia. Demikian dikatakan oleh Qotadah dan Sufyan Ats Tsauri. Maksudnya di sini adalah Allah akan membalas kekufuran manusia. 2- Manusia akan menjadi saksi atas kekufuran mereka sendiri. Demikian pendapat Muhammad bin Ka’ab Al Qurthubi. .” Lihat Tafsir Al Qur’an Al Azhim, 7 635. Bakhil Karena Cinta Harta Adapun ayat, وَإِنَّهُ لِحُبِّ الْخَيْرِ لَشَدِيدٌ “Dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta.” Khoir atau kebaikan dalam ayat ini yang dimaksud adalah harta. Namun ada dua pendapat dalam memaknakan ayat tersebut 1- Manusia sangat cinta pada harta. 2- Manusia sangat pelit bakhil. Kedua makna di atas adalah makna yang shahih benar kata Ibnu Katsir. Zuhud pada Dunia dan Ingat Kehidupan Akhirat Selanjutnya Allah memotivasi untuk zuhud pada dunia dan bersemangat menggapai akhirat. Allah ingatkan pula apa yang terjadi setelah alam dunia. Perhatikan ayat selanjutnya, أَفَلَا يَعْلَمُ إِذَا بُعْثِرَ مَا فِي الْقُبُورِ 9 وَحُصِّلَ مَا فِي الصُّدُورِ 10 “Maka apakah dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan apa yang ada di dalam kubur, dan dilahirkan apa yang ada di dalam dada?” Yang dimaksudkan ayat di atas adalah “tidakkah mereka tahu bagaimana keadaan mayit yang dibangkitkan dari alam kubur?” Lalu disebutkan selanjutnya “tidakkah mereka tahu apa yang dikeluarkan dari dalam dada”, maksudnya adalah sesuatu yang nanti akan ditampakkan dari dalam hatinya? Artinya, segala rahasia dan apa yang tersembunyi dalam hati akan ditampakkan kelak. Allah Maha Mengetahui … Dalam akhir ayat disebutkan, إِنَّ رَبَّهُمْ بِهِمْ يَوْمَئِذٍ لَخَبِيرٌ “Sesungguhnya Rabb mereka pada hari itu Maha Mengetahui keadaan mereka.” Maksudnya -kata Ibnu Katsir- bahwa Allah mengetahui segala yang mereka perbuat dan akan membalasnya, juga sama sekali Allah tidak berbuat zhalim sedikit pun kepada manusia. Syaikh As Sa’di rahimahullah berkata, “Allah mengetahui perbuatan hamba yang lahir dan batin, yang nampak maupun yang tersembunyi. Allah pun akan membalas perbuatan tersebut. Pengetahuan Allah di sini dimaksudkan untuk keadaan pada hari kiamat. Padahal Allah memiliki sifat mengetahui setiap saat karena yang dimaksud pengetahuan Allah di sini adalah balasan Allah terhadap amalan hamba. Balasan itu karena Allah mengetahui apa yang manusia perbuat.” Hanya Allah yang memberi taufik. Baca Juga Bersedekah dengan Harta yang Paling Dicintai Teladan dari Abu Thalhah 40 Alasan Kenapa Ilmu Agama itu Lebih Baik daripada Harta Referensi Taisir Al Karimir Rahman fii Tafsiril Kalamil Mannan, Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di, terbitan Muassasah Ar Risalah, cetakan pertama, tahun 1423 H. Tafsir Al Qur’an Al Azhim, Ibnu Katsir, terbitan Dar Ibnul Jauzi, cetakan pertama, tahun 1431 H. — Di sore hari menjelang berbuka Pesantren Darush Sholihin, Panggang-Gunungkidul, 7 Ramadhan 1434 H Artikel Silakan follow status kami via Twitter RumayshoCom, FB Muhammad Abduh Tuasikal dan FB Fans Page Mengenal Ajaran Islam Lebih Dekat

dansesungguhnya manusia itu menyaksikan (sendiri) keingkarannya, dan sesungguhnya dia (manusia) sangat kikir karena cintanya kepada harta ― QS. Al-'Adiyat [100]: 6-8. Dan tinggalkan orang-orang yang jadikan agama mereka sebagai main-main & senda gurau, dan mereka telah ditipu oleh kehidupan dunia.

Assalamualaikum sahabat-sahabat… Kali ini, kita akan membahas penjelasan dan tafsir Surat Al-Adiyat. Surat yang tergolong pendek. Ayatnya berjumlah 11 ayat. Surat Al-Adiyat ini Makkiyah ayat yang diturunkan sebelum hijrah. Hal ini sesuai dengan pendapt Imam Ibnu Katsir. doc. saif Tapi, juga ada yang mengatakan, Surat Al-Adiyat ini Madaniyah surat yang diturunkan setelah Rasulullah hijrah ke Madinah. Oleh karenanya, dalam tafsir Jalalain, Surat Al-Adiyat ini disebut dengan Makkiyah atau Madaninyah. Begitulah sekilas penjelasan tentang Surat Al-Adiyat ini. Sebab Turunnya Surat Al-Adiyat Dalam tulisan “penjelasan dan tafsir Surat Al-Adiyat” ini penting kiranya ditulis juga asbab an-nuzulnya. Imam Nawawi al-Bantani dalam kitabnya, Marah Labid, mengutip sebuah hadis yang menjelaskan sebab turunnya Surat Al-Adiyat ini. Diriwayatkan, أنه صلّى اللّه عليه وسلّم بعث خيلا فمضى شهر لم يأته منهم خبر ، فنزلت هذه الآيات “Sesungguhnya Rasulullah saw. mengirim pasukan berkuda. Lalu, lewatlah satu bulan tidak ada kabar mengenai pasukan berkuda nabi itu. Lalu, turunalah ayat ini Surat Al-Adiyat.” Begitulah sebab turunnya Surat Al-Adiyat dalam tulisan “penjelasan dan tafsir Surat Al-Adiyat” ini. Surat Al-Adiyat بسم الله الرحمن الرحيم وَالْعَادِيَاتِ ضَبْحًا 1 فَالْمُورِيَاتِ قَدْحًا 2 فَالْمُغِيرَاتِ صُبْحًا 3 فَأَثَرْنَ بِهِ نَقْعًا 4 فَوَسَطْنَ بِهِ جَمْعًا 5 إِنَّ الْإِنْسَانَ لِرَبِّهِ لَكَنُودٌ 6 وَإِنَّهُ عَلَى ذَلِكَ لَشَهِيدٌ 7 وَإِنَّهُ لِحُبِّ الْخَيْرِ لَشَدِيدٌ 8 أَفَلَا يَعْلَمُ إِذَا بُعْثِرَ مَا فِي الْقُبُورِ 9 وَحُصِّلَ مَا فِي الصُّدُورِ 10 إِنَّ رَبَّهُمْ بِهِمْ يَوْمَئِذٍ لَخَبِيرٌ 11 Arti Surat Al-Adiyat 1. Demi kuda perang yang berlari kencang dengan terengah-engah, 2. dan kuda yang mencetuskan api dengan pukulan kuku kakinya, 3. dan kuda yang menyerang dengan tiba-tiba di waktu pagi, 4. maka ia menerbangkan debu, 5. dan menyerbu ke tengah-tengah kumpulan musuh, 6. sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Tuhannya, 7. dan sesungguhnya manusia itu menyaksikan sendiri keingkarannya, 8. dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta. 9. Maka apakah dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan apa yang ada di dalam kubur, 10. dan dilahirkan apa yang ada di dalam dada, 11. sesungguhnya Tuhan mereka pada hari itu Maha Mengetahui keadaan mereka. Keutamaan Membaca Surat Al-Adiyat Keutamaan membaca Surat Al-Adiyat juga besar sekali. Hal ini sebagaimana dikutip oleh banyak ulama tafsir. Syaikh Nawawi al-Banteni juga mengutip hadis ini. Rasulullah bersabda, من قرأها أعطي من الأجر بعدد من بات بالمزدلفة وشهد جمعا» “Barangsiapa yang membaca Surat Al-Adiyat, maka akan diberi pahala sesuai hitungan orang yang mabit di Muzdalifah dan orang yang menghadiri sebuah perang.” Begitulah keutamaan membaca Surat Al-Adiyat yang dapat penulis kutip dalam tulisan “penjelasan dan tafsir Surat Al-Aidyat” ini. Penjelasan dan Tafsir Surat Al-Adiyat Tafsir Surat Al-Adiyat; Demi Kuda yang Berlari وَالْعَادِيَاتِ ضَبْحًا 1 Demi kuda perang yang berlari kencang dengan terengah-engah, Allah bersumpah dengan kuda yang berlari cepat dalam perang. Sehingga nafas kuda itu berbunyi. Menurut Imam As-Shawi, ayat ini sebagai kinayah untuk memuji dan mengangungkan orang yang berperang. Ini sumpah yang pertama dalam tulisan “penjelasan dan tafsir Surat Al-Adiyat” ini. فَالْمُورِيَاتِ قَدْحًا 2. dan kuda yang mencetuskan api dengan pukulan kuku kakinya, Allah juga bersumpah demi kuda yang memercikkan api dengan kuku kakinya. Ketika kuda berlari cepat dan kuku kakinya menginjak batu-batu dan krikil, memerciklah api. Menurtu Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya, api dalam ayat ini sama dengan api yang dinyalakn oleh seorang Arab. Ceritanya begini, ada seorang laki-laki orang Arab. Dia ikut dalam pertempuran. Tapi, dia sangat kikir. Dia tidak mau menyalakan api kecuali orang-orang sudah tertidur. Jika mereka terbangun, maka api itu dipadamkan. Agar teman-temannya tidak merasakan menfaat api itu. Lalu, Allah menyamakan api yang menyala dari kaki kuda dengan api yang dinyalakan oleh laki-laki Arab itu. Kesamaannya adalah sama-sama tidak bermenfaat. Begitulah penjelasan ayat kedua dalam penjelasan dan tafsir Surat Al-Adiyat ini. فَالْمُغِيرَاتِ صُبْحًا 3. dan kuda yang menyerang dengan tiba-tiba di waktu pagi, Ini sumpah yang ketiga. Allah bersumpah demi kuda yang menyerang tiba-tiba. Serangan itu dilakukan saat pagi agar musuh tidak memiliki persiapan yang matang. فَأَثَرْنَ بِهِ نَقْعًا 4. maka ia menerbangkan debu, Lalu, setelah kuda itu menyerang, maka bertebaranlah debu-debu karena gerakannya yang dahsyat. Debu itu berterbangan di tempat musuh. Juga bisa dikatakan, debu itu berterbangan di waktu pagi. فَوَسَطْنَ بِهِ جَمْعًا 5. dan menyerbu ke tengah-tengah kumpulan musuh, Kuda-kuda itu menyerbu musuh sehingga tiba di tengah-tengah mereka. Lalu musuh itu terpecah-pecah. Kekuatannya hancur. Lalu, kenapa Allah bersumpah dengan kuda-kuda yang memiliki kriteria di atas? Menurut Syaikh Al-Maraghi dalam tafsirnya, Allah memiliki beberapa tujuan tertentu untuk hal itu. Pertama, agar menjadi inspirasi bagi orang-orang yang beriman sehingga mereka menjadi orang yang sungguh-sungguh dan bersemangat. Kedua, agar orang yang beriman melatih kuda untuk berlari. Ketiga, agar orang yang beriman berlatih menunggang kuda sehingga siap bertempur ketika terpaksa berperang. Keempat, orang yang beriman wajib memiliki kuda dengan tujuan di atas yang mana menfaatnya sangat banyak. Bukan untuk sombong-sombongan atau hanya hiasan. Untuk zaman sekarang, bisa jadi yang lebih relevan bukanlah kuda. Tapi, alat-alat perang yang lain. Misalnya pesawat tempur, tank, dan lain-lain. Karena kuda sudah tidak lagi digunakan dalam pertempuran. Intinya, umat Islam juga harus siap bertempur. Umat Islam harus memiliki kekuatan agar tidak diinjak-injak oleh musuh. Tentu, kekuatan tersebut tidak hanya senjata perang. Bisa juga kekuatan ekonomi, ilmu pengetahuan, dan seterusnya. Tafsir Surat Al-Adiyat; Sungguh Manusia Itu Tidak Bersyukur إِنَّ الْإِنْسَانَ لِرَبِّهِ لَكَنُودٌ 6. sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Tuhannya, Sungguh manusia itu tidak tahu berterimakasih. Yang dimaksud manusia dalam ayat ini adalah orang kafir. Berarti maksudnya, orang kafir itu sungguh tidak bersyukur kepada Allah. Menurut Syaikh Shawi dalam tafsirnya, ada ulama tafsir yang mengatakan bahwa yang dimaksud manusia dalam ayat ini jenis. Artinya semua manusia itu memiliki potensi besar untuk tidak bersyukur dan tidak tunduk kepada Tuhannya. Mereka yang bersyukur kepada tuhannya adalah mereka yang mendapatkan pertolongan dari Allah. Yaitu mereka yang melatih dirinya untuk melakukan hal-hal yang terpuji dan meninggalkan hal-hal yang tercela. Adapun arti kanud كَنُودٌ dalam ayat di atas adalah kufur nikmat atau tidak mensyukuri nikmat. Hal ini sesuai dengan sebuah hadis, الكنود الذي يأكل وحده ، ويضرب عبده ، ويمنع رفده “Al-Kanud adalah orang yang hanya makan sendirian, memukul budaknya, dan mencegah untuk memberi tidak bersedekah” Maksud hadis ini adalah ada orang yang tidak memberikan bersedekah sedikit pun dari nikmat yang diberikan Allah kepadanya. Dia juga tidak memiliki rasa kasih sayang sama sekali kepada hambanya. Orang seperti ini disebut kanud. Orang seperti ini adalah orang yang tidak bersyukur kepada Allah. Dia kufur nikmat. Begitulah kata Syaikh Al-Maraghi ketika menjelaskan tafsir Surat Al-Adiyat ayat enam ini. Lebih lanjut Syaikh Al-Marghi mengatakan, seseorang bisa memiliki karakter di atas disebabkan melupakan dua hal; masa lalu dan masa depan. Dia hanya fokus pada apa yang di depan mata. Dia lupa masa lalunya yang penuh perjuangan, tangisan, dan doa yang dipanjatkan. Dia juga lupa pada masa depan sesungguhnya, yaitu akhirat. Ada juga yang mengatakan, yang dimaksud al-kanud dalam ayat ini adalah orang yang hanya menghitung musibah dan lupa pada nikmat yang diberikan Allah. Menurut Imam Fudail bin Iyad sebagaimana dikutip oleh Imam al-Khazin dalam tafsirnya, yang dimaksud al-kanud adalah orang yang melupakan ribuan kebaikan hanya karena satu keburukan. Kebalikan dari al-kanud ini adalah syakur. Yakni, orang yang banyak bersyukur kepada Allah swt.. Begitulah penjelasan dan tafsir Surat Al-Adiyat ayat enam ini. Lanjut ya… وَإِنَّهُ عَلَى ذَلِكَ لَشَهِيدٌ 7. dan sesungguhnya manusia itu menyaksikan sendiri keingkarannya, Sungguh Allah menyaksikan atas semua itu. Allah tahu pada orang-orang yang tidak bersyukur atas nikmat-nikmat yang diberikan oleh-Nya. Ayat ini juga bisa diartikan bahwa manusia itu sendiri yang bersaksi atas kelakuannya. Yakni, pekerjaan dan perbuatannya di dunia menunjukkan bahwa dia orang yang tidak bersyukur. وَإِنَّهُ لِحُبِّ الْخَيْرِ لَشَدِيدٌ 8. dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta. Menurut Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya, ayat ini memiliki dua makna. Pertama, manusia sangat mencintai harta. Kedua, manusia sangat kikir disebabkan mencintai harta. Dua makna ini sama-sama benar. Syaikh al-Maraghi juga mengatakan ketika menjelaskan tafsir Surat Al-Adiyat ayat 8 tersebut bahwa manusia sangat mencintai harta sehingga kikir luar biasa. Tafsir Surat Al-Adiyat; Ketika Isi Hati Tak Bisa Ditutupi Setelah menjelaskan manusia yang memiliki kondisi seperti di atas, Allah menunjukkan bagaimana seharusnya seorang manusia. Allah memberi petunjuk agar manusia senang akhirat, tidak terlalu cinta dunia, dan mengingat masa depan yang sesungguhnya. Yakni akhirat. Kita lanjut ke penjelasan tafsir Surat Al-Adiyat ayat berikutnya ya… Allah berfirman, أَفَلَا يَعْلَمُ إِذَا بُعْثِرَ مَا فِي الْقُبُورِ 9. Maka apakah dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan apa yang ada di dalam kubur, Ayat ini bertanya, apakah manusia yang tidak bersyukur di atas tidak tahu bahwa kelak mereka akan dibangkitkan dari kubur? Ya, semua manusia akan dibangkitkan dari kubur. Lalu, mereka akan dihisab dan dibalaslah semua perbuatannya. وَحُصِّلَ مَا فِي الصُّدُورِ 10. dan dilahirkan apa yang ada di dalam dada, Ayat ini menjelaskan, kelak isi hati akan diungkapkan. Apa yang disimpan dalam hati akan ditampakkan. Tidak bisa disembunyikan lagi. Entah itu keburukan atau kebaikan. Lalu, kenapa Allah menyebut isi hati secara khusus dalam Surat Al-Adiyat ini? Menurut Imam Khazin dalam tafsirnya, anggota tubuh itu ikut hati. Anggota tubuh tidak bisa melakukan apa-apa kecuali ada keinginan yang menggerakkan. Keinginan ini tempatnya dalam hati. Benarlah kata Rasulullah, jika hati ini baik, maka biak pulalah semua jasad kita. Termasuk amal perbuatan yang dilakukan oleh jasa kita. Begitulah penjelasan tafsir Surat Al-Adiyat ayat 10 ini. إِنَّ رَبَّهُمْ بِهِمْ يَوْمَئِذٍ لَخَبِيرٌ 11. sesungguhnya Tuhan mereka pada hari itu Maha Mengetahui keadaan mereka. Ayat ini menjelaskan bahwa Allah mengetahui kondisi umat manusia kala itu. Yakni, di hari kiamat. Apakah di selain hari kiamat Allah tidak mentetahui? Ya mengetahui juga. Hanya saja ayat ini menegaskan bahwa Allah akan membalas semua perbuatan manusia di waktu itu. Menurut Sayid Thontowi dalam tafsirnya, Al-Wasith, tiga ayat terakhir dalam Surat Al-Adiyat ini mengajarkan tiga hal. Pertama, memberi peringatan kepada kita yang tidak bersyukur. Kedua, memotivasi kita untuk bertafakkur dan i’tibar merenung. Ketiga, mengingat kedahsyatan hari kiamat. Itulah penjelasan dan tafsir Surat Al-Adiyat. Semoga kita bisa merenungi dan mengamalkannya. Amin! Referensi Tafsir Hasyiyah as-Shawi Tafsir Ibnu Katsir Tafsir Al-Maraghi Tafsir Al-Wasith Tafsir Marah Labid Tafsir Al-Khazin
ePQrC4D. 55 428 345 302 59 272 144 385 303

sesungguhnya manusia akan menyaksikan sendiri